Bandar Lampung-Perkembangan teknologi yang cepat, termasuk dalam bidang AI, telah membuat dunia akuntansi terkejut. Ditambah lagi, menurunnya minat orang untuk kuliah di jurusan akuntansi semakin membuat perguruan tinggi yang memiliki jurusan akuntansi kelimpungan. Berbagai analisis dilakukan hingga pada satu kesimpulan bahwa jurusan ini tidak diminati karena dianggap kuno. Oleh karena itu, diputuskan bahwa jurusan ini harus menyerap perkembangan teknologi. Strategi yang diambil adalah mengintegrasikan unsur teknologi ke dalam semua mata kuliah. Jika hal ini tidak bisa dilakukan, beberapa mata kuliah akan dihilangkan. Ironisnya, yang sering kali dihapus adalah mata kuliah dasar keilmuan akuntansi itu sendiri. Mata kuliah dasar dikurangi jumlah SKS-nya, sementara mata kuliah yang berbau kekinian dimasukkan. Bahkan, ada langkah yang lebih ekstrem lagi dengan menambahkan mata kuliah pemrograman, meskipun hanya secara kulitnya saja. Akibatnya, dosen pengajar yang tidak memiliki keahlian IT dan mahasiswa yang tidak memiliki dasar yang cukup merasa kebingungan dan stress. Ironisnya, banyak mahasiswa memilih akuntansi mungkin untuk menghindari mata kuliah pemrograman yang membutuhkan logika matematika yang kuat.
Para penyusun kurikulum program studi akuntansi seringkali melupakan bahwa mahasiswa akuntansi adalah pengguna teknologi, bukan pengembang teknologi seperti mahasiswa dari Fakultas Teknik Komputer. Akuntan dilibatkan dalam penyusunan sistem yang berkaitan dengan keuangan, biasanya sebagai spesialis akuntansi atau sebagai anggota tim UAT (User Acceptance Testing) untuk fitur-fitur yang menghasilkan laporan keuangan. Untuk peran ini, dibutuhkan keahlian akuntansi yang solid dan kemahiran dalam menggunakan sistem, bukan keahlian pemrograman. Jika tujuannya adalah menjadi mahir dalam pemrograman, seharusnya memilih kuliah di Fakultas Ilmu Komputer, bukan Fakultas Ekonomi.
Baca juga:
Dalam Demokrasi Musyawarah Itu Dianjurkan
|
Saran saya, sebagai praktisi akuntan sekaligus pengembang sistem ERP, jurusan akuntansi di seluruh Indonesia harus segera melakukan tobat masal sebelum calon mahasiswa baru semakin kehilangan minat pada jurusan ini. Jika ingin meningkatkan kemampuan di bidang IT, sebaiknya universitas meningkatkan jumlah laboratorium yang mendukung penggunaan software akuntansi, pengolahan data, software audit, dan sejenisnya yang mendukung pekerjaan seorang akuntan.
Penting untuk diingat perusahaan merekrut seorang sarjana Akuntansi, terutama bagi lulusan baru, yang diperhatikan adalah pengetahuan dasar akuntansi dan kemampuan akuntansi mereka, bukan sekadar kemampuan coding yang sifatnya hanya tambahan. Jika perusahaan membutuhkan kemampuan coding maka mereka akan merekrut anak dari Fakultas Ilmu Komputer karena bekerja di perusahaan itu dalam tim bukan jadi Superman yang semua harus bisa dilakukan sendiri.
Baca juga:
Kebijakan Pengurangan Sampah Plastik
|